SPEDISIA.com | MAKASSAR – Dua hari pasca tragedi nahas yang melanda Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Makassar, Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, menyambangi para korban yang tengah dirawat di Rumah Sakit Grestelina pada Ahad petang, 31 Agustus 2025. Kunjungan tersebut menjadi momentum untuk menyampaikan empati mendalam sekaligus seruan moral bagi seluruh bangsa.

Dalam suasana hening, Nasaruddin yang didampingi oleh dokter spesialis neurologi Dr. dr. David Gunawan Umbas, Sp.S(K), berdialog langsung dengan tiga korban luka berat. Mereka adalah Agus, seorang anggota Satpol-PP yang menderita luka robek di kaki; Sahabuddin, ajudan Wakil Ketua DPRD dengan cedera patah tulang pinggul; serta Herianto, petugas kebersihan gedung dewan yang mengalami luka di dada dan kepala. Menteri Agama terlihat menunduk, mendengarkan dengan saksama, dan memanjatkan doa bagi kesembuhan mereka.

Di hadapan para korban dan awak media, Nasaruddin menyampaikan pesan yang sarat makna mengenai batas-batas ekspresi dalam demokrasi. Ia berharap insiden yang merenggut nyawa dan menyebabkan luka ini menjadi sebuah titik henti bagi kekerasan sosial dan politik.

“Inilah peristiwa yang terakhir, semoga bangsa kita jangan ada lagi musibah seperti ini,” ujarnya dengan nada suara yang bergetar. “Mudah-mudahan kita semuanya punya kematangan di dalam memandang kehidupan ke depan. Bahwa ternyata banyak cara yang bisa kita lakukan yang terbaik tanpa harus ada yang menjadi korban.”

Mantan Imam Besar Masjid Istiqlal itu menegaskan bahwa hak untuk mengkritik yang dijamin demokrasi tidak boleh diterjemahkan sebagai lisensi untuk melakukan perusakan dan melukai sesama. “Demokrasi itu haknya untuk mengkritik dan sebagainya, tapi kita tidak boleh melanggar batas siapapun. Mari kita berdiri di atas semuanya,” tegasnya.

Insiden kebakaran ini merupakan eskalasi dari aksi demonstrasi yang berlangsung pada Jumat malam, 29 Agustus 2025. Api yang berkobar sekitar pukul 21:10 WITA tidak hanya meluluhlantakkan sebagian besar kompleks gedung DPRD, tetapi juga meninggalkan duka mendalam.

Data yang dihimpun dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar menunjukkan dampak yang masif: 10 orang menjadi korban, tiga di antaranya meninggal dunia. Selain itu, sedikitnya 67 unit mobil dan 15 unit sepeda motor hangus menjadi bangkai besi. Peristiwa ini kini tercatat sebagai salah satu insiden paling kelam dalam sejarah politik lokal di Makassar.

Kunjungan Menteri Agama ditutup dengan doa bersama, menyiratkan harapan akan pemulihan—tidak hanya bagi fisik para korban, tetapi juga bagi luka sosial dan politik yang ditinggalkan oleh tragedi tersebut. Kehadirannya di RS Grestelina menjadi sinyal kuat dari pemerintah pusat bahwa kekerasan atas nama apapun tidak dapat dibenarkan dan rekonsiliasi harus menjadi jalan ke depan. (kkO)